Menaramercusuar.com Jakarta
Bangladesh, negara Asia Selatan, ingin meningkatkan perdagangan bilateralnya menjadi AS$10 miliar dengan Indonesia. Hal tersebut disampaikan Menteri Luar Negeri Bangladesh Abdul Kalam Abdul Momen, di Jakarta (18/7/22).
“Kami berharap perdagangan bilateral kami dapat mencapai $10 miliar ke depannya dengan Indonesia,” kata Momen dalam pertemuan dengan Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN).
Berdasarkan statistik Indonesia, perdagangan bilateral Indonesia-Bangladesh mencapai $3,03 miliar pada tahun 2021. Selama lima bulan pertama 2022, perdagangan melonjak 30 persen mencapai $1,54 miliar.
Bangladesh membeli batu bara, minyak sawit, LNG, suku cadang otomotif, bahan kimia, rempah-rempah dan karet dari Indonesia dalam jumlah besar. Baru-baru ini, PT INKA Indonesia memasok 400 gerbong kereta ke Bangladesh. Indonesia adalah sumber impor terbesar kelima untuk Bangladesh.
Indonesia ingin menjual pesawat militer ke Bangladesh, sedangkan Bangladesh ingin menjual produk farmasi dan IT ke Indonesia. Tapi bagaimana untuk mencapai target $10 miliar?
“Untuk meningkatkan volume perdagangan kita, Indonesia dan Bangladesh bekerja sama untuk menyelesaikan negosiasi Perjanjian Perdagangan Preferensial [PTA],” ujar Menteri Luar Negeri RI Retno LP Marsudi usai pertemuan dengan Momen di kantornya pada 18 Juli 2022.
Dengan pandangan serupa, Momen mengatakan bahwa PTA akan menjadi kunci untuk mencapai target $10 miliar tersebut. “Kami menantikan PTA, dan mudah-mudahan bisa membantu kami meningkatkan perdagangan dua arah,” ujar Momen.
Bangladesh dan Indonesia adalah negara yang dinamis di wilayahnya masing-masing. Dengan produk domestik bruto (PDB) senilai $409 miliar, Bangladesh adalah ekonomi terbesar kedua di Asia Selatan sementara Indonesia adalah ekonomi terbesar di Asia Tenggara dengan PDB $1,32 triliun.
Indonesia berpenduduk 279,42 juta jiwa sedangkan Bangladesh 168,03 jiwa. Dengan pertumbuhan ekonomi, industri dan kelas menengah yang berkembang pesat, bukan masalah besar bagi Indonesia dan Bangladesh untuk memiliki perdagangan senilai $10 miliar. Jika mereka bekerja sama dan saling bahu-membahu satu sama lain, perdagangan bilateral bahkan dapat melampaui angka $10 miliar.
Tahun ini, kedua negara merayakan 50 tahun terjalinnya hubungan diplomatik antara Bangladesh dengan Indonesia. Sebagai bagian dari perayaan tersebut, Retno mengundang Momen untuk berkunjung ke Indonesia. Baginya itu bukan kali pertama berkunjung ke Indonesia.
“Dulu saya pernah berkunjung ke Indonesia. Sebagai menteri, baru pertama kalinya berkunjung ke negara ini,” ungkap Momen.
Dalam kunjungan tiga harinya selama 17-19 Juli, Momen bertemu dengan Retno, Menteri Perdagangan Zukifli Hasan dan Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita. Ia juga bertemu dengan Sekretaris Jenderal ASEAN Lim Jock Hoi untuk membahas cara dan sarana untuk meningkatkan hubungan Bangladesh dengan 10 negara. Bangladesh ingin segera menjadi Mitra Dialog Sektoral ASEAN.
Lim dan Momen juga membahas masalah orang-orang Rohingya dari Myanmar. “Dr. Momen berbagi keprihatinan Bangladesh atas penundaan yang berlebihan sehubungan dengan pemulangan warga Myanmar yang terdampar sementara yang ditampung di Bangladesh. Ia mencari dukungan proaktif dari ASEAN untuk memulai pemulangan tanpa penundaan lebih lanjut,” kata Kementerian Luar Negeri Bangladesh dalam siaran pers.
Menurut Duta Besar Bangladesh untuk Indonesia Wakil Marsekal Udara Mohammad Mostafizur Rahman, Momen telah bertemu dengan pengusaha-pengusaha penting Indonesia saat makan malam dengan anggota KADIN. Ia juga berbicara pada diskusi meja bundar di Centre for Strategic and International Studies (CSIS) di Jakarta.
Kedutaan Besar Bangladesh di Jakarta mengatakan bahwa Momen telah meluncurkan stempel komersial yang dikeluarkan oleh kedutaan besar di Jakarta dalam perayaan ulang tahun keseratus Bapak Bangsa Bangabandhu Sheikh Mujibur Rahman. Ia juga meluncurkan terjemahan Pidato 7 Maret Bangabandhu Sheikh Mujibur Rahman yang bersejarah dalam bahasa Indonesia bersama Menlu RI.
Retno sangat senang melihat hubungan yang berkembang pesat antara Indonesia dengan Bangladesh. “Bangladesh adalah salah satu mitra ekonomi penting Indonesia di kawasan Asia Selatan. Tahun ini, kita merayakan 50 tahun hubungan diplomatik antara Indonesia dengan Bangladesh. Saya sangat senang hubungan kita semakin kuat dari tahun ke tahun,” papar Retno dalam pidatonya pada konferensi pers bersama dengan Momen di Jakarta.
Kedua menteri sepakat untuk memperkuat hubungan bilateral lebih lanjut. “Kami juga sepakat untuk memperluas kerja sama di industri strategis, sektor transportasi dan industri halal. Di bidang investasi, kami berkomitmen untuk mendekatkan BUMN dan swasta. Saya juga memiliki minat yang sama dengan perusahaan Indonesia untuk mempertahankan dan memperluas kehadiran mereka di Bangladesh,” ungkap Retno.
Momen menyambut baik perusahaan milik negara Indonesia Pertamina Power Indonesia atas keputusannya untuk menginvestasikan $1,2 miliar dalam energi terbarukan di Bangladesh. “Kami menyambut baik investasi Indonesia di sektor energi kami,” tutur Momen.
Letter of intent (LOI) tentang investasi ini akan segera ditandatangani antara kedua negara. Kedua negara juga akan segera menandatangani nota kesepahaman (MoU) kerja sama kesehatan. MoU ini akan meningkatkan kerja sama kedua negara dalam perawatan kesehatan primer dan sekunder, teknologi kesehatan, vaksin dan industri farmasi.
“Kami sangat baik dalam produk farmasi. Kami telah mengekspor obat-obatan kami ke lebih dari 130 negara. Kami ingin bekerja sama dengan Indonesia di bidang farmasi,” jelas Momen.
Ia mengatakan bahwa kedua negara telah sepakat untuk meningkatkan pertukaran budaya. Tahun ini, kedua negara juga akan menandatangani MoU kerja sama pertahanan dan Perjanjian Kerja Sama Kontraterorisme.
Selain masalah bilateral, kedua menteri bertukar pandangan tentang beberapa masalah regional dan global. Kedua menteri juga bertukar pandangan tentang masalah Afghanistan dan Rohingya.
Menurut Momen sekurangnya 1,1 juta etnis Rohingya saat ini sedang ditampung sementara di Bangladesh. “Kami memberikan semua bantuan kepada mereka, tetapi mereka semua ingin kembali ke negara asalnya, yaitu Myanmar. Myanmar adalah tetangga kita. Mereka adalah teman kita. Kami telah mendukung Myanmar selama bertahun-tahun karena tetangga kami dan Myanmar setuju untuk menerima mereka kembali,” ujar Momen.
Lalu ia mengatakan, Myanmar setuju untuk memberikan keselamatan dan keamanan bagi pengungsi Rohingya. Kunjungan Momen banyak diliput oleh media Indonesia.
“Melalui kunjungan ini diharapkan hubungan bilateral kedua negara yang bersaudara ini dapat lebih ditingkatkan lagi,” papar Kedutaan Besar Bangladesh dalam siaran persnya.
Hubungan kedua negara dipastikan akan lepas landas setelah penandatanganan PTA dan peningkatan konektivitas udara kedua negara. (*)
_Penulis adalah seorang jurnalis lepas yang berbasis di Bekasi, Jawa Barat._